Senin, 24 Juni 2013

Cara Mudah Menghafal Al Qur'an metode Syeikh Abdul Muhsin Al-Qosim

Banyak metode dalam memulai hafalan baru Al Qur'an. Salah satunya adalah yg disampaikan oleh Syeikh Abdul Muhsin Al-Qasim (imam dan khatib di Masjid Nabawi). Metode ini sangat mudah dipraktekkan, meski butuh waktu cukup lama.InsyaAllah  dengan melakukan metode ini, hafalan kita akan kuat dan tidak mudah lepas.berikut ini adalah langkah2nya.
                                                                                                                                                                                     Misal, kita akan menghafal awal surat al-Kahfi, maka ikutilah langkah berikut:
1. Bacalah ayat pertama sebanyak 20 kali (dengan melihat mushaf). Lalu, ayat tersebut diulang tanpa melihat mushaf:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا
2. Bacalah ayat kedua sebanyak 20 kali, sebagaimana langkah awal tadi:
قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا
3. Bacalah ayat ketiga sebanyak 20 kali, seperti langkah sebelumnya:
 مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا
4. Bacalah ayat keempat sebanyak 20 kali, sama seperti tadi:
وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا
5. Bacalah keempat ayat tersebut dari awal sampai akhir sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan empat ayat tadi. Setelah itu, cobalah untuk mengulang bacaan tersebut tanpa melihat mushaf. Setelah berhasil, lakukan langkah selanjutnya.
6. Bacalah ayat kelima sebanyak 20 kali, lalu mengulanginya tanpa melihat mushaf:
مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
7. Bacalah ayat keenam sebanyak 20 kali:
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
8. Bacalah ayat ketujuh sebanyak 20 kali:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا
9. Bacalah ayat kedelapan sebanyak 20 kali:
وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا
10. Bacalah ayat kelima sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk mengikat/menghubungkan keempat ayat tersebut.
11. Bacalah ayat pertama sampai ayat kedelepan sebanyak 20 kali untuk menguatkan/meng-itqankan hafalan ini.
Perlu diperhatikan Sebaiknya, dalam sehari tidak menghafal lebih dari seperdelapan juz (Dalam mushaf ustmani dikenal dengan istilah 1 hizb) atau sekitar 2 halaman. Hal ini dilakukan agar kita tidak berat menjaga hafalan.Semoga bermanfa'at dan dimudahkan Alloh.Amin Barokalloh fiik.

Silahkan download ebooknya di http://www.islamhouse.com/p/117583

Selasa, 22 Februari 2011

Pengusaha Muslim Sukses Dunia dan Akherat,Mungkinkah? (5)

Jadilah pengusaha yang zuhud
Menjadi pengusaha bukanlah dengan harus menjadi miskin dan menyia-nyiakan harta yang ada, juga bukan dengan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, bersikap zuhud adalah dengan menggunakan harta dan kekayaan yang dimiliki sesuai dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanpa adanya keterikatan hati dan kecintaan yang berlebihan kepada harta dan kekayaan tersebut. Atau dengan kata lain, bersikap zuhud adalah dengan tidak menggantungkan angan-angan yang panjang pada harta dan kekayaan yang dimiliki, dengan bersegera menggunakannya untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pengusaha Muslim Sukses Dunia dan Akherat,Mungkinkah? (4)

Teladan sempurna dari ulama salaf

Para ulama salaf adalah sebaik-baik teladan dalam semua kebaikan dan keutamaan dalam agama ini, tidak terkecuali dalam memanfaatkan harta dan kekayaan untuk meraih ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Di antara para ulama salaf yang terkenal dengan sifat ini adalah:
Pertama, shahabat yang mulia, ‘Utsman bin ‘Affan bin Abil ‘Ash Al-Umawi radhiyallahu ‘anhu (wafat tahun 35 H), salah seorang dari Al-Khulafa Ar-Rasyidin dan sepuluh orang shahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau radhiyallahu ‘anhu sangat terkenal dengan kekayaan dan kedermawanan.

Pengusaha Muslim Sukses Dunia dan Akherat,Mungkinkah?(3)

Antara kaya dan miskin
Siapakah yang lebih utama di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala: orang kaya yang bersyukur dengan kekayaannya atau orang miskin yang bersabar dengan kemiskinannya?
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, ada yang lebih mengutamakan orang kaya yang bersyukur dan ada yang lebih mengutamakan orang miskin yang bersabar. Kedua pendapat ini juga dinukil dari ucapan Imam Ahmad bin Hambal. [Lihat: kitab Al-Adabusy Syar'iyyah: 3/468 dan 'Uddatush Shabirin (hlm. 146)].

Pengusaha Muslim Sukses Dunia dan Akherat,Mungkinkah? (2)

Memanfaatkan harta untuk meraih ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Perlu dicamkan di sini, bahwa ayat-ayat al-Qur-an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang berisi celaan terhadap harta dan dunia, bukanlah memaksudkan bahwa celaan terhadap zat harta dan dunia itu sendiri, tetapi maksudnya adalah kecintaan yang berlebihan terhadapnya sehingga melalaikan manusia dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak menunaikan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala padanya,[Lihat: kitab Tafsir Al-Qurthubi: 18/142 dan Aisarut Tafasir: 4/271] sebagaimana firman-Nya,
وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah: 34)

Pengusaha Muslim Sukses Dunia dan Akherat,Mungkinkah? (1)

 Fitnah Harta dan Dunia                                                                                                                                          Dunia usaha dan bisnis yang sukses sering diidentikkan dengan gaya hidup mewah, glamor, cinta dunia yang berlebihan, dan ambisi yang tidak pernah puas untuk terus mengejar harta. Bahkan, sebagian dari para ulama menyifati dunia bisnis sebagai urusan dunia yang paling besar pengaruh buruknya dalam menyibukkan dan melalaikan manusia dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala. [1]

Minggu, 19 Desember 2010

Rasa Takut Kepada ALLOH Adalah Ilmu

"Rasa takut kepada Allah Ta-ala, sudah cukup dikatakan sebagai ilmu. Anggapan bahwa Allah tidak mengetahui perbuatan seseorang, sudah cukup dikatakan sebagai kebodohan"
(Mushannaf Ibni Abi Syaibah, no. 34532)