Selasa, 22 Februari 2011

Pengusaha Muslim Sukses Dunia dan Akherat,Mungkinkah? (5)

Jadilah pengusaha yang zuhud
Menjadi pengusaha bukanlah dengan harus menjadi miskin dan menyia-nyiakan harta yang ada, juga bukan dengan mengharamkan apa yang dihalalkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Akan tetapi, bersikap zuhud adalah dengan menggunakan harta dan kekayaan yang dimiliki sesuai dengan petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanpa adanya keterikatan hati dan kecintaan yang berlebihan kepada harta dan kekayaan tersebut. Atau dengan kata lain, bersikap zuhud adalah dengan tidak menggantungkan angan-angan yang panjang pada harta dan kekayaan yang dimiliki, dengan bersegera menggunakannya untuk hal-hal yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Inilah arti zuhud yang sesungguhnya, sebagaimana ucapan imam Ahmad bin Hambal ketika beliau ditanya, “Apakah makna zuhud di dunia (yang sebenarnya)?” Beliau berkata, “(Maknanya adalah) tidak panjang angan-angan, (yaitu) ketika seseorang berada di waktu pagi maka dia berkata, “Aku (khawatir) tidak akan (bisa mencapai) waktu sore lagi.”[Dinukil oleh oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jami'ul 'Ulumi wal Hikam: 2/384]
Salah seorang ulama salaf berkata, “Zuhud di dunia bukanlah dengan mengharamkan yang halal dan juga bukan dengan menyia-nyiakan harta. Akan tetapi, zuhud di dunia adalah dengan kamu lebih yakin dengan (balasan kebaikan) di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu, dan jika kamu ditimpa suatu musibah (kehilangan sesuatu yang dicintai) maka kamu lebih mengharapkan pahala dan simpanan (kebaikannya diakhirat kelak) daripada jika sesuatu yang hilang itu tetap ada padamu.”[Dinukil oleh oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jami'ul 'Ulumi wal Hikam: 2/179]
Sifat inilah yang dimiliki dengan sempurna oleh para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadikan mereka lebih mulia dan utama di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dibandingkan orang-orang yang  datang setelah mereka. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kalian lebih banyak berpuasa, (mengerjakan) shalat, dan lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) dibandingkan para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tetapi mereka lebih baik (lebih utama di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala) daripada kalian.” Ada yang bertanya, “Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman?” Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan lebih cinta kepada akhirat.”[Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf (no. 34550) dan Abu Nu'aim dalam Hilyatul Auliya': 1/136 dengan sanad yang shahih, juga dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab Latha`iful Ma'arif (hlm. 279)]


Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni,M.A

Tidak ada komentar:

Posting Komentar